Keganjilan dan Keanehan Indonesian Idol

Keganjilan dan Keanehan Indonesian Idol dari Tahun ke Tahun..

Update lagi, yuk..
Nah, tanggal 30 Juni kemarin siapa yang gak nonton Indonesian Idol ??
Emang sih acara ini banyak yang suka, namun banyak juga yang benci..
Nah, disini saya berpihak sebagain neutral saja ya :peace
Sebenarnya saya posting ini, dikarenakan kekecewaan ... Kenapa harus diundur pengumuman pemenangnya ??? ( Lha, kenapa postingnya baru sekarang ????) 
Dikarenakan kekecewaan tersebut, saya berusaha mencari topik tentang Indonesian Idol, dan ternyata ketemu, disini

Sekali lagi, saya dipihak neutral , ya.....

Langsung saja yuk....

  • Kudeta Kemenangan
    KEMENANGAN Joy Tobing pada Indonesian Idol 2004 yang diperoleh melalui voting sms warga dibajak RCTI & Fremantlemedia, operator & pemilik lisensi acara tersebut di Indonesia.

    Laiknya gerakan politik, kemenangan Joy dikudeta dan dialihkan ke Delon, dengan alasan sebelum juara Joy sudah punya kaset dengan label lain—hak yang hanya dimiliki BMG & Fremantlemedia.

    Namun, Joy merasa tidak bersalah, karena saat membuat album dengan label lain itu, dia belum terikat kontrak dengan Fremantlemedia. Tapi Frementlemedia kukuh, lalu menyingkirkan Joy..Nah, anda ingat bukan kejadian di tahun 2004 ini ? ..Kalo saya, sih masih kelas dua mungkin ya, jadi gak tau tentang itu, yang penting DELON menang,.. hehe2. Setting yang tak adil
     
  • Setting yang tak adil

    BINTANG tamu yang ikut menonton Indonesian Idol lazimnya duduk di barisan depan, atau berbaur bersama penonton. Mereka sering jadi suara alternatif di luar juri, yang mengomentari kontestan.

    Tapi tidak dengan Titik Puspa, pada babak 3 besar Indonesian Idol 2008 dia duduk diapit orang tua Aris. Kamera berkali-kali menampakkannya ikut berdendang saat Aris tampil.

    Di kerumunan pendukung Patudu, lawan Aris, tak ada satu artis pun, dan kamera menyorotnya sekelebat saja. Ketidakadilan kamera ini juga terjadi saat Mike bertarung melawan Judika (2005)
     
  •  Juri yang mellow

    PADA setiap musim Indonesian Idol, selalu ada peserta yang membawa cerita penderitaan keluarga. Kadang juga sengaja dikorek-korek juri. Masalahnya, juri terbawa suasana, dan akhirnya lupa.

    Banyak juri menangis karena diaduk-aduk perasaannya, akhirnya iba. Para juri terpesona, tapi bukan pada suara. Akhirnya, peserta dengan cerita penderitaan keluarga sering lolos ke Jakarta.

    Kemenangan Ihsan pada 2006 adalah puncak mellowisme alias kecengengan ini. Sepanjang ajang itu, nyaris tak ada komentar pedas untuknya, sekalipun saat penampilannya benar-benar payah.
  • Juri yang jadi pedagang

    INI juga terjadi di hampir setiap musim. Juri, dengan kesombongan pengalamannya mengenali pasar, menggunakan klaim pertimbangan pasar dalam menilai kontestan.

    Padahal, juri seharusnya menilai kontestan dari aspek kualitas suara. Sebab klaim selera pasar, atau lebih tepat persepsi pasar, sering subjektif, menyimpan kepentingan, dan tak selalu benar.

    Juri harus paham, menempatkan pasar sebagai ukuran tertinggi berkesenian adalah dosa kreativitas. Pasar adalah setan penggoda iman berkesenian, dan kontestan tak boleh dilihat sebagai komoditas.

     
  •  Juri yang jadi penonton
    KALAU skandal yang ini selalu—dengan garis besar serta huruf besar dan tebal—SELALU terjadi pada setiap musim. Juri gagal mencegah diri untuk tidak bertingkah layaknya penonton.

    Banyak juri yang refleks bereaksi menggoyang-goyangkan kepala saat seorang kontestan tampil memikat. Tak cukup itu, beberapa juri bahkan bangkit dari tempat duduk dan bergoyang.

    Reaksi lugu juri-juri yang over-acting itu tentu akan membuat kontestan tampil lebih bersemangat. Tapi juga sebaliknya. Jadi seharusnya, reaksi juri ditunjukkan setelah penampilan kontestan berakhir.
  • Juri yang jadi juru tebak

    JURI bertugas menilai kualitas kontestan, memvonis siapa penyanyi terbaik di tiap babak secara profesional, dan memberi pendapat yang mungkin bisa memengaruhi preferensi penonton.

    Itulah yang dilakukan saat menilai kontestan, tapi tidak saat jadi juru tebak siapa yang tersingkir. Saat menebak, juri acap berada pada situasi tarik-menarik dengan hasil-hasil voting sebelumnya.

    Dirly (2006), Delon (2004), juga Yoda (2012) yang beberapa kali ditebak juri terelimasi tapi tak terbukti, menunjukkan betapa independensi juri limbung dalam situasi tarik-menari.

Nah, udah tau kan...
Tapi, sekali lagi,..Saya ada di pihak neutral ya..Dan saya bukan bermaksud menjatuhkan salah satu pihak,. Jadi tetep peace..

Kalau ada kritik dan saran, silahkan tinggalkan  di kotak komentar ..Tapi, tetep no Sara..


Kalo mau lihat lebih tentang yang tadi, bisa dateng ke sini..

Ok, sekian..
Thanks..
Salam....

2 Responses to "Keganjilan dan Keanehan Indonesian Idol"

  1. entah kenapa saya juga melihat hak veto sekarang seperti dipermainkan..

    hak veto sengaja dikeluarkan cepat, padahal saya pikir tadinya febri atau dion yang akan keluar..

    takutnya hak veto keluar di tiga besar kan gak lucu.. :D
    atau malah keluar di dua besar..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul tuh gan..Setuju...

      and Thanks for come,...

      Delete

Silahkan Berkomentar
1. No SARA
2. No Spam
3. No Ads / No Iklan

Thanks for Come :)